MEGENGAN

Mengengan berasal dari kata megeng = tahan = imsaku = Asy-syoum jadilah kata megengan. Kegiatan ini yang selalu diadakan pada bulan Sya'ban atau Ruwah dalam menyambut bulan puasa Ramadhan…

Dilingkungan saya, Megengan dilakukan oleh hamper setiap keluarga. Kebetulan ayah saya menjadi orang yang selalu didaulat untuk menjadi imam selamatan tersebut, atau istilah jawanya tukang ngajatne. Budaya turun temurun ini begitu terpatri dihati sebagian ummat. Sampai-sampai dilingkungan saya hamper setiap keluarga mengadakan selamatan ini. Niat/alasan mereka sederhana, "SHODAKOH DALAM MENYAMBUT BULAN SUCI RAMADHAN".

Satu minggu terakhir ini, ada suatu hal yang sedikit menggelikan sekaligus memprihatinkan. Lhohhh… Iya begitulah. Bagaimana tidak, Bapak dan saya mendapatkan undangan megengan ini 11 tempat dalam 1 hari. Walhasil, selamatan ini seperti tour door to door yang berkelanjutan. Bisa dibayangkan, jika setiap pulang dari selamatan membawa "berkat" dan kotak jajanan, maka hari itu ada 11 bungkus yang berisi nasi berkat dengan lauk pauknya dan 11 kotak jajan yang didalamnya terdapat jajanan wajib megengan yaitu APEM.

Makanan sebanyak itulah yang membuat saya menjadi prihatin. Bukankah ini merupakan hal yang mubadzir??? Tidak mungkin menghabiskan makanan sebanyak itu. Memberikan kepada tetangga??? Mereka juga mempunyai makanan yang sama.

Maka dari pengalaman tersebut, menurut saya perlu diubah system megengan ini. Misalnya, Megengan dilakukan secara bersama-sama, sebut saja di masjid/musholla. Teknisnya? Membentuk Panitia kemudian salah satu mengedarkan kotak nasi ke masing-masing KK untuk diisi nasi plus lauk-pauknya kemudian dibawa ke acara tersebut. Tapi, ide ini ternyata tidak mudah diterima oleh sebagaian masyarakat dilingkungan saya tinggal. Mereka kebanyakan ingin menyelenggarakan megengan ini secara individu. Huff…

Belum ada Komentar untuk "MEGENGAN"

Posting Komentar

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel